Tugas Materi Sejarah
Kebudayaan Islam
MASA PRA ISLAM, MASA
RASULAH DAN MASA KHULAFAURRASYIDIN
Makalah ditulis untuk
memenuhi sebagian persyaratan dalam menghadapi UTS dalam mata kuliah SKI.
Dosen Pengampu: Muis
Sad Iman, M, Ag
Oleh:
Brian Perdana
NPM.11.0401.0011
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2012
A. PRA ISLAM
1. Geografi Arab
Secara geografis, Jazirah Arab dibagi menjadi dua bagian. Pertama, jantung
Arab. Ia adalah wilayah yang berada di pedalaman. Tempat paling utama adalah
Najd. Kedua, sekitar Jazirah. Penduduknya adalah orang-orang kota. Wilayah yang
paling penting adalah Yaman di bagian selatan, Ghassan di sebelah utara, Ihsa`
dan Bahrain di sebelah timur, dan Hijaz di sebelah Barat. Dari sini kita bisa
menyimpulkan bahwa sebenarnya apa yang dimaksud dengan Arab di sini bukanlah
daerah di mana penduduknya berbahasa Arab seperti Mesir, Sudan, Maroko, dan lain-lain
tetapi hanya mencakup dua bagian daerah di atas. Sebelum Islam, Jazirah Arab
dikelilingi oleh dua kekuatan besar dan berpengaruh yang selalu terlibat
peperangan dan berebut pengaruh ke daerah sekitarnya, yaitu imperium Bizantium
pewaris Rumawi sebagai representasi agama Nasrani dan kekaisaran Persia sebagai
representasi agama Majusi.
2. Aspek Sosial-Budaya Arab Pra-Islam
Sebagian besar daerah Arab adalah daerah gersang dan tandus, kecuali daerah
Yaman yang terkenal subur. Wajar saja bila dunia tidak tertarik, negara yang
akan bersahabat pun tidak merasa akan mendapat keuntungan dan pihak penjajah
juga tidak punya kepentingan. Sebagai imbasnya, mereka yang hidup di daerah itu
menjalani hidup dengan cara pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Mereka tidak
betah tinggal menetap di suatu tempat. Yang mereka kenal hanyalah hidup
mengembara selalu, berpindah-pindah mencari padang rumput dan menuruti
keinginan hatinya. Mereka tidak mengenal hidup cara lain selain pengembaraan
itu. Seperti juga di tempat-tempat lain, di sini pun [Tihama, Hijaz, Najd, dan
sepanjang dataran luas yang meliputi negeri-negeri Arab] dasar hidup
pengembaraan itu ialah kabilah. Kabilah-kabilah yang selalu pindah dan
pengembara itu tidak mengenal suatu peraturan atau tata-cara seperti yang kita
kenal. Mereka hanya mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan
kebebasan kabilah yang penuh.
Keadaan itu menjadikan loyalitas mereka terhadap kabilah di atas segalanya.
Seperti halnya sebagian penduduk di pelosok desa di Indonesia yang lebih
menjunjung tinggi harga diri, keberanian, tekun, kasar, minim pendidikan dan
wawasan, sulit diatur, menjamu tamu dan tolong-menolong dibanding penduduk
kota, orang Arab juga begitu sehingga wajar saja bila ikatan sosial dengan
kabilah lain dan kebudayaan mereka lebih rendah. Ciri-ciri ini merupakan
fenomena universal yang berlaku di setiap tempat dan waktu. Bila sesama kabilah
mereka loyal karena masih kerabat sendiri, maka berbeda dengan antar kabilah.
Interaksi antar kabilah tidak menganut konsep kesetaraan; yang kuat di atas dan
yang lemah di bawah. Ini tercermin, misalnya, dari tatanan rumah di Mekah kala
itu. Rumah-rumah Quraysh sebagai suku penguasa dan terhormat paling dekat
dengan Ka’bah lalu di belakang mereka menyusul pula rumah-rumah kabilah yang
agak kurang penting kedudukannya dan diikuti oleh yang lebih rendah lagi,
sampai kepada tempat-tempat tinggal kaum budak dan sebangsa kaum gelandangan.
Semua itu bukan berarti mereka tidak mempunyai kebudayaan sama-sekali.
3. Agama Arab Pra-Islam
Paganisme, Yahudi, dan Kristen adalah agama orang Arab pra-Islam. Pagan
adalah agama mayoritas mereka. Ratusan berhala dengan bermacam-macam bentuk ada
di sekitar Ka’bah. Mereka bahwa berhala-berhala itu dapat mendekatkan mereka
pada Tuhan sebagaimana yang tertera dalam al-Quran. Agama pagan sudah ada sejak
masa sebelum Ibrahim. Setidaknya ada empat sebutan bagi berhala-hala itu:
ṣanam, wathan, nuṣub, dan ḥubal. Ṣanam berbentuk manusia dibuat dari logam atau
kayu. Wathan juga dibuat dari batu. Nuṣub adalah batu karang tanpa suatu bentuk
tertentu. Ḥubal berbentuk manusia yang dibuat dari batu akik. Dialah dewa orang
Arab yang paling besar dan diletakkan dalam Ka’bah di Mekah. Orang-orang dari
semua penjuru jazirah datang berziarah ke tempat itu. Beberapa kabilah melakukan
cara-cara ibadahnya sendiri-sendiri. Ini membuktikan bahwa paganisme sudah
berumur ribuan tahun. Sejak berabad-abad penyembahan patung berhala tetap tidak
terusik, baik pada masa kehadiran permukiman Yahudi maupun upaya-upaya
kristenisasi yang muncul di Syiria dan Mesir.
Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yathrib dan Yaman. Tidak
banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah
Arab, kecuali di Yaman. Dzū Nuwās adalah seorang penguasa Yaman yang condong ke
Yahudi. Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya.
Dia meminta penduduk Najran agar masuk agama Yahudi, kalau tidak akan dibunuh.
Karena mereka menolak, maka digalilah sebuah parit dan dipasang api di
dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit itu dan yang tidak mati karena api,
dibunuh dengan pedang atau dibuat cacat. Korban pembunuhan itu mencapai dua
puluh ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif fanatisme agama ini diabadikan
dalam al-Quran dalam kisah “orang-orang yang membuat parit”
Sebagai lalu lintas perdagangan penting terutama Mekah yang merupakan pusat
perdagangan di Jazirah Arab, baik karena meluasnya pengaruh perdagangannya ke
Persia dan Bizantium di sebelah selatan dan Yaman di sebelah utara atau karena
pasar-pasar perdagangannya yang merupakan yang terpenting di Jazirah Arab
karena begitu banyaknya, yaitu Ukāẓ, Majnah, dan Dzū al-Majāz yang
menjadikannya kaya dan tempat bertemunya aliran-aliran kebudayaan. Mekah
merupakan pusat peradaban kecil. Bahkan masa Jahiliah bukan masa kebodohan dan
kemunduran seperti ilustrasi para sejarahwan, tetapi ia merupakan masa-masa
peradaban tinggi. Kebudayaan sebelah utara sudah ada sejak seribu tahun sebelum
masehi. Bila peradaban di suatu tempat melemah, maka ia kuat di tempat yang lain.
Ma’īn yang mempunyai hubungan dengan Wādī al-Rāfidīn dan Syam, Saba` (955-115
SM), Anbāṭ (400-105 SM) yang mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan
Helenisme, Tadmur yang mempunyai hubungan dengan kebudayaan Persia dan
Bizantium, Ḥimyar, al-Munādharah sekutu Persia, Ghassan sekutu Rumawi, dan
penduduk Mekah yang berhubungan dengan bermacam-macam penjuru.
Fakta di atas menunjukkan bahwa pengertian Jahiliah yang tersebar luas di
antara kita perlu diluruskan agar tidak terulang kembali salah pengertian.
Pengertian yang tepat untuk masa Jahiliah bukanlah masa kebodohan dan
kemunduran, tetapi masa yang tidak mengenal agama tauhid yang menyebabkan
minimnya moralitas. Pencapaian mereka membuktikan luasnya interaksi dan wawasan
mereka kala itu, seperti bendungan Ma’rib yang dibangun oleh kerajaan Saba`,
bangunan-bangunan megah kerajaan Ḥimyar, ilmu politik dan ekonomi yang terwujud
dalam eksistensi kerajaan dan perdagangan, dan syi’ir-syi’ir Arab yang
menggugah. Sebagian syi’ir terbaik mereka dipajang di Ka’bah. Memang persoalan
apakah orang Arab bisa menulis atau membaca masih diperdebatkan. Tetapi fakta
tersebut menunjukkan adanya orang yang bisa mambaca dan menulis, meski tidak
semuanya. Mereka mengadu ketangkasan dalam berpuisi, bahkan hingga Islam datang
tradisi ini tetap ada. Bahkan al-Quran diturunkan untuk menantang mereka
membuat seindah mungkin kalimat Arab yang menunjukkan bahwa kelebihan mereka
dalam bidang sastra bukan main-main, karena tidak mungkin suautu mukjizat ada
kecuali untuk membungkam hal-hal yang dianggap luar biasa.
B.
Masa
Kerasulan
Pada usianya yang ke empat puluh
beliau sudah terlalu biasa memisahkan diri dari keadaan masyarakat itu, atau
berkontemplasi ke gua Hira, disana muhammad mula-mula ber jam-jam kemudian
berhari-hari bertafakur. Pada tanggal tujuh belas ramadhan tahun 611 M,
malaikat jibril muncul dihadapannya, menyampaikan wahyu Allah yang pertama:
Yaitu surat Al Alaq 1-5 dengan turunnya wahyu pertama itu, bearti muhammad
telah dipilih Allah sebagai Nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum
diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Setelah wahyu pertama itu datang,
malaikat jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad
menantikannya. Dalam keadaan nenanti itulah turun wahyu yang membawa perintah
kepadanya yaitu surat Al Muddasir 1-7.
Dengan turunnya perintah itu,
mulailah Rasulullah berdakwa. Pertama-tama , beliau melakukannya secara
diam-diam dilingkungan sendiri dan kalangan para sahabat-sahabatnya. Karena
itulah, orang yang pertama kali menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat
dekatnya.
Setelah beberapa lama dakwah
tersebut dilaksanakan secara individual turunlah perintah agar Nabi menjalankan
dakwah secara terang- terangan. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat
kepada islam dengan terang-terangan, baik golongan bangsawan maupun hamba
sahaya.
Setelah dakwah terang-terangan itu,
pemimpin quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah rasul. Menurut Ahmad Syalabi
ada lima faktor yang mendorong orang quraisy menentang seruan Islam itu:
1.
Mereka
tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan
2.
Nabi
Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya
3.
Para
pemimpin quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat
4.
Taklid
terhadap nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat, berakar, pada bangsa arab
5.
Pemahat
dan penjual patung memandang Islam sebagai penghalang rezeki
Upaya-upaya yang ditempuh para
pemimpin quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad:
1.
Melepaskan
hubungan Nabi dengan Abu Thalib dan mengancam
2.
Abu
Thalib diberi pilihan oleh kaum quraisy untuk memilih umarah Ibnu Walid
dipertukarkan kepada Nabi untuk dibunuh
3.
Mereka
menawarkan tahta, wanita dan harta asal Nabi Muhammad bersedia menghentikan
dakwahnya.
Setelah cara-cara diplomatik dan
bujuk rayu yang dilakukan oleh kaum quraisy gagal, tindakan-tindakan kekerasan
secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin ditinggalkan atau tindakan
kekerasan itu lebih intensif karena menguatnya posisi umat Islam memperkeras
reaksi kaum musyrik quraisy. Mereka menempuh cara baru yaitu dengan cara
pemboikotan selama tiga tahun. Pemboikotan itu berhenti setelah beberapa
pemimpin quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sungguh suatu tindakan
yang keterlaluan.
Faktor-faktor Nabi Muhammad di Isra’
mikrajkan
1.
Paman
Nabi Abu Thalib meninggal
2.
Tiga
hari setelah itu Khatijah, istri Nabi meninggal dunia
Madinah
Ketika Rasulullah dan para sahabat
hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah
pembangunan masjid. Setelah selesai pembangunan masjid, maka Nabi Muhammad Saw
pindah menempati sebagian ruangannya yang memang disediakan untuknya. Demikian
pula dengan kaum Muhajirin yang miskin yang tidak mampu membangun tempat
tinggalnya sendiri. Masjid dijadikan pusat kegiatan Nabi Muhammad Saw bersama
kaum muslimin, untuk secara bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat
yang disinari oleh tauhid, dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat.
Di masjid itulah, Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada Nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslim pertama.
Di masjid itulah, Nabi Muhammad membangkitkan kesadaran manusia terhadap pentingnya pengembangan bidang keilmuan atau pendidikan. Memang perintah Allah kepada Nabi Muhammad adalah untuk membuka pintu gerbang pengetahuan bagi manusia dengan mengajari atau mendidik. Nabi Muhammad sebagai seorang yang diangkat sebagai pengajar atau pendidik (mu’allim). Disamping itu beliau diperintahkan oleh Allah untuk menyebarkan pesan-pesan Allah yang terkandung dalam al-Qur’an. Dapat dikatakan bahwa Nabi Muhammad adalah pengajar atau pendidik muslim pertama.
Pada masa ini pendidikan Islam
diartikan pembudayaan ajaran Islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran Islam dan
menjadikannya sebagai unsur budaya bangsa Arab dan menyatu kedalamnya. Dengan
pembudayaan ajaran Islam ke dalam sistem dan lingkungan budaya bangsa arab
tersebut, maka terbentuklah sistem budaya Islam dalam lingkungan budaya bangsa
Arab.
Dalam proses pembudayaan ajaran
Islam ke dalam lingkungan budaya bangsa Arab berlangsung dengan beberapa cara.
Ada kalanya Islam mendatangkan sesuatu ajaran bersifat memperkaya dan
melengkapi unsur budaya yang telah ada dengan menambahkan yang baru. Ada
kalanya Islam mendatangkan ajaran yang sifatnya bertentangan dengan unsur
budaya yang telah ada sebelumnya dan sudah menjadi adat istiadat. Ada kalanya
Islam mendatangkan ajarannya bersifat meluruskan kembali nilai-nilai yang sudah
ada yang praktiknya sudah menyimpang dari ajaran aslinya.
C.
Khulafaurrasyidin
Khulafaur Rasyidin adalah khalifah
pengganti Rosulullah SAW mulai tahun 11-40H (632-661 M).
Bagaimana Perkembangan Islam di
masing-masing khalifah, kemajuan apa saja yang dicapai dan permasalahan apa saja
yang di hadapi oleh mereka.
1.
Abu
Bakar As Shiddiq (11-13 H/632-634 M)
Pada saat Abu Bakar As Shiddiq diangkat menjadi khalifah beliau
berpidato yang isinya” wahai manusia aku telah diangkat untuk mengendalikan
urusanmu. Padahal aku bukan orang terbaik diantaramu selama aku baik taatilah
dan selama aku salah betulkanlah aku dan hendaklah kamu taat kepadaku selama
aku taat kepada Allah dan Rosul-Nya tetapi kalau aku tidak taat kepada Allah
dan Rosul-Nya kamu tidak perlu taat kepadaku.”
Siapakah Abu Bakar?
Namanya Abdullah Ibnu Abi
Quhafah At Tamimi, di masa jahiliyah bernama Abdul Ka’ab. Mendapat gelar
As Shiddiq (yang membenarkan) karasulan Muhammad SAW.
Berhati jujur, dermawan, banyak pembesar Quraisy yang masuk islam
karena Abu Bakar.Beliau ikut hijrah ke Madinah. Diangkat menjadi Imam oleh
Rosul dan persahabatannya begitu dekat dengan Rosul.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh Abu Bakar:
a.
Pemberontakan
orang-orang murtad.
Setelah nabi wafat, banyak orang yang keluar dari islam, mereka
kembali kepada peradaban Jahiliyah.
b.
Pemberontakan
nabi palsu.
Nabi palsu tersebut diantaranya Al Aswad Al ‘Ansi dari Yaman,
Musailamah Al kazzab dari bani hanifah.
c.
Orang
yang enggan membayar zakat.
Maka di bentuklah pasukan untuk menumpas pemberontakn yang di
pimpin oleh Khalid Bin Walid, Amru Bin Ash, Ikrimah Bin Abu Jahl, Syarahbil Bin
Hasonah.
Kemajuan yang dicapai Abu Bakar As Shiddiq adalah perluasan wilayah
ke Syam, Palestina. Di masanya mulai di adakan pembukuan Al-Qur’an yang di
tulis oleh Zaid Bin tsabit, Ubbay Bin Ka’ab, Ali Bin Abi Thalib, serta Utsman
Bin Affan.
Abu Bakar wafat setelah memerintah selama 2 tahun dikala sedang
berkecamuk perang Yarmuk.
2.
Umar
bin Khattab (13-23 H/634-644 M)
Umar bin
Khattab putra Nufail al Quraisy dari bani ‘Adi (suku suku yang terpandang,
mulia dan berkedudukan tinggi). Masuk Islam pada tahun 6 kenabian. Umar
diangkat menjadi khalifah oleh Abu Bakar. Sebelum wafat beliau mendapat gelar
Al-Faruq 9pemberani, cinta rakyat) dan mendapat sambutan Amirul Mu’minin.
Di masa Umar
bin Khatab adalah masa keemasaan. Kemajuan yang dicapai oleh Umar diantarannya,
p[erluasan wilayah ke Syria, ke Persia dengan mengalahkan Kisra, perluasan ke
Mesir yang ditandai dengan jatuhnya iskandariyah ke tangan umat islam.
Perluasan
wilayah di masa Umar tidak terlepas dari penghina islam seperti Amru bin Ash, Zubair bin Awwam, Yazid bin Abu
Safyan.
Beliau
meletakkan dasar adminitrasi pemerintahan, membentuk baitul maal dan menetapkan
tahun hijrah.
Dalam
penaklukan wilayah ke Syria melalui 2 pertempuran terbesar yaitu pertempuran di
Ajnadin pada tahun 16 H/636 M dan perebutan Baitul Maqdis di palistina pada
tahun 18 H/639 M dalam perebutan Baitul Maqdis tentara islam mengepung selama 2
bulan yang dipinpin oleh Umar sendiri.
Pada tahun 16 H
khalifah Umar berhasil menaklukan Irak dan Persia dengan 2 petempuran besar
yaitu perang Kadesia dan perang Nahawan perang Nahawan juga disebut perang
Fatul Futuh yang artinya pembuka lebar
kemenangan, dalam penaklukan ke Iraq dan Persia umat islam dipimpin oleh
panglima Saad bin Abi Waqas, selanjutnya khalifah Umar menaklukan Mesir pada
tahun 19 H/640 M yang dipimpin oleh Amru bin Ash, Zubair bin Awwam, Miqqad bin
Aswad dan Ubadah bin Shamid yang berhasil menguasai kota bilbis benteng babil
dan iskandariayah setelah sebelumnya ilakukan perundingan antara gubernur Mesir
Maukuqis dan panglima Amru bin Ash. Setelah memerintah 10 tahun, wafatlah
beliau setelah dibunuh oleh Abu Lu’luk, budak Persia yang tertahan dalam perang
Nahawan.
3.
Usman
bin Affan (23 H/644 M)
Pengangkatan Usman setelah kesepakatan musyawarah yang
terdiri dari Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan
Thalhah. Beliau mendapatkan gelar Zun Nurain wal Hijratain (dua cahaya
kemilauan dan dua kali hijrah). Seorang dermawan, duta umat islam dalam
perjanjian Hudaibiyah.
Perluasan islam
dimasa Usman
a.
Menumpas
pendurhakaan dan pemberontakan
Setelah umar wafat, daerah yang dikuasai oleh musuh-musuh islam
terutama di Khurasan dan Iskandariyah, Ustman berhasil menumpas pemberontak
wilayah.
b.
Perluasan
wilayah
Perluasan wilayah Utsman telah bertambah dengan perluasan ke laut.
Kaum muslimin telah mempunyai angkatan laut. Wilayah darat meluas ke negri Armenia,
Thabaristan, negri Balkan dan Turkistan. Perluasan ke pulau Cyprus dipimpin
oleh muawiyah bin Abu Safyan pada tahun 28 H.
PERANG TERBESAR DI MASA Utsman adalah Dzatis Sawari (pertempuran
tiang kapal) tahun 31 H di laut Tengah.
Kelemahan pemerintah Utsman adlah mengangkat para pejabat dari
kalangan shahabat dan kerabat. Sehingga menimbulkan huru hara. Pemberontakan
timbul di Kufah, Basrah dan Mesir pemberontakan ini dikibarkan oleh Abdullah
bin Saba di Mesir.
Utsman wafat setelah dikepung oleh pemberontak kurang lebih 40
hari. Di saat pengepungan semua shahabat, kerabat Utsman tidak ada yang tampak.
Inilah ahkir dari kepemimpinn Utsman.
c.
Penulisan
mushaf
Mushaf Utsmani ditulis dengan menggunakan bahasa ibu, bahasa arab.
Penulisan kembali mushaf di at side Huzaifah bin Yanuan. Mushaf 1 disebut
mushaf imami yang disimpan di Madinah lainnya disimpan di MEKKAH, Basrah,
Kuffah, dan Syam.
4.
Ali
bin abi thalib (35-40 H/656-661 M)
Sebelum ali
terpilih menjaadi khalifah di Madinah, umat islam terbagi menjadi 3 golongan,
yaitu:
a.
Golongan
pemberontak
b.
Golongan
yang menuntut kematian Ustman (Muawiyah bin Abu Sofyan)
c.
Golongan
netral (Aisyiah,Zubair,Tholhah)
1.
Pribadi
Ali bin Abi Thalib
Beliau masuk Islam di waktu berusia
10 tahun. Dididik dengan akhlak yang baik oleh Rasul. Menurunkan golongan
Syiah. Ali dibaiat menjadi khalifah saat umat Islam sudah terpecah belah.
2.
Politik
Ali dalam pemerintahan
a.
Mengganti
semua pejabat yang telah dipilih Ustman
b.
Mengambil
kembali tanah-tanah yang dibagikan kepada family dan kerabatnya
3.
Kesulitan
yang dialami oleh khalifah Ali bin Abi Thalib
a.
Perang
Waqiatul Jamal yang dipimpin oleh 3 serangkai (Aisyiah,Zubair,Tholhah). Dalam
perang ini Abdullah bin Zubair sangat berambisi menjadi khalifah. Akhirnya
pertempuran ini dapat dipadamkan oleh Ali. Thalhah dan Zubair terbunuh sedang
Aisyah dikembalikan ke Madinah.
b.
Perang
Shiffin. Perang ini adalah perang saudara antara Ali dan Mu’awiyah (bani Hasyim
dan bani Umayyah). Di awal perang Ali memperoleh kemenangan. Dengan
kelicikannya Mu’awiyah mengajak berdamai dengan mengangkat Musyaf di kepalanya.
Akhirnya perdamaian itu diterima Ali.
Dari sinilah kubu Ali disebut kaum
Syiah (menghentikan perang). Sedangkan yang keluar dari Ali disebut golongan
Khawarij, golongan ini menginginkan berperang dengan Mu’awiyah.
Ahli sejarah berpendapat bahwa Ali
selalu menang dalam peperangan tetapi selalu kalah dalam diplomasi.
Untuk menghintakan pertikaian itu,
dikeluarkan perundingan antara Ali dengan Mu’awiyah. Ali diwakili Abu Musa Al
As’ari dan Mu’awiyah diwakili Amru bin Ash di Daimatul Jandal.
Untuk menghormati Ali, Abu Musa
(sahabat tertua) disuruh naik mimbar. Beliau mengatakan bahwa Ali telah turun
dari jabatan Khalifah. Maka berdirilah Amru bin Ash mengumumkan dia setuju
memberhehtikan Ali dan mengangkat Mu’awiyah sebagai khalifah.
Di kala Ali akan memerangi
Mu’awiyah, tampilah 3 orang khawarij akan membunuh Ali, Amru, dan Mua’awiyah.
Ibnu Nurjam berhasil membunuh Ali pada waktu senbahyang subuh di mesjid. Dengan
wafatnya Ali, berakhirlah Khulafaur Rasyidin.
Setelah terjadi perang Siffin dikubu
Ali pecah menjadi 2 golongan yaitu
a.
Golongan
yang mengikuti Ali disebut golongan Syiah golongan yang menghentikan perang
dengan Mu’awiyah.
b.
Golongan
Khawarij golongan yang keluar Ali dan ingin melanjutkan perang dengan Mu’awiyah.
Sepeninggal khalifah Ali bin Abu
Thalib kedudukannya digantikan oleh putranya Hasan bin Ali kemudian terjadilah
peperangan dengan Mu’awiyah yang berakhir dengan perjanjian damai yang dikenal
dengan Amul Jama’ah atau tahun persatuan. Perjanjian ini terjadi pada tahun 41
H = 662 M.
Isi Amul Jama’ah
a.
Hasan
rela turun dari khalifah demi persatuan umat Islam
b.
Mu’awiyah
tidak mencela Ali bin Abu Thalib
c.
Setelah
Mu’awiyah khalifah dipilih secara musyawarah
D.
Kesimpulan:
Pada masa pra islam sudah terdapat peradaban
dan budaya yang cukup tinggi di negara arab, namun masih banyaknya kekacauan
akibat tidak terkontrol oleh sebuah agama yang baik karena di saat itu agama
mereka adalah menyembah berhala. Akhirnya arab menjadi lebih baik dalam
peradabannya setelah masa islam datang mulai masa Rasullah sampai masa
Khulafaurrasyidin.
Daftar Pustaka
Al-Buthy,muhammad,
said,rhamadhan,1999, Sirah Nabawiyah, Jakarta: Robbani Press.
Hamka,
1975, Sejarah Umat Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Syalabi.A,2000,Sejarah
Kebudayaan Islam 1, Jakarta: PT Al Husna Zikra
Yatim,Badri,2001,
Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Komentar
Posting Komentar