PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG MASALAH
Keberadaan Bimbingan
Konseling di sekolah itu sangatlah diperlukan. Latar belakang perlunya
Bimbingan Konseling di sekolah yaitu, tiap individu ingin memenuhi kebutuhan;
tiap individu terdapat perbedaan; tiap individu ingin berkembang; masalah
penyesuaian diri; proses belajar mengajar; perkembangan pendidikan; peranan
guru; perkembangan sosial budaya; dan masalah yang dihadapi setiap individu.
Untuk lebih memahami
tentang Bimbingan Konseling, terlebih dahulu memahami pengertian dari Bimbingan
Konseling itu sendiri. Selain itu di dalam penyelenggaraan layanan dan kegiatan
Bimbingan dan Konseling didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga
dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan.
- RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
- Apa pengertian Bimbingan
Konseling ?
- Apa saja asas-asas Bimbingan Konseling ?
- Apa saja prinsip-prinsip Bimbingan Konseling ?
- TUJUAN PENULISAN
MAKALAH
1.
Untuk memahami pengertian
Bimbingan Konseling
2.
Untuk memahami asas-asas
Bimbingan Konseling
3.
Untuk memahami
prinsip-prinsip Bimbingan Konseling
- MANFAAT PENULISAN
MAKALAH
1. Dapat
lebih memahami pengertian, asas-asas, prinsip-prinsip dalam Bimbingan Konseling
2. Dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
PEMBAHASAN
- Pengertian Bimbingan
Konseling
1. Arti Kata
Bimbingan berasal dari kata “ guidance “, sedangkan konseling
atau penyuluhan berasal dari kata “
counseling “.
Di dalam Kamus Inggris oleh E. Pino dan T. Wittermans (1953), disebutkan :
·
“ guidance “ (baca gaidens)
= pimpinan, asuhan, tuntunan. “ to guide “ (baca tu gaid) = membimbing, memimpin, memandu, menuntun.
(Pino : 1953, hal.166).
·
“ counsel “ (baca kaunsel) =
nasehat, bicara.
“ to counsel “ = menasehati.
“ counselor “ = penasehat.
(Pino : 1993, hal.79).
Di Indonesia “ Guidance and
counseling “ biasa diterjemahkan dengan “ Bimbingan Penyuluhan “ atau Bimbingan
Konseling. Sedang petugas bimbingan sering disebut Pembimbing atau Penasehat,
dan petugas penyuluhan disebut Penyuluh, Penerang, atau Konselor.
2. Pengertian / Definisi
Berikut ini akan dikemukakan
definisi tentang bimbingan dan konseling menurut beberapa ahli.
a. Pengertian Bimbingan
- Menurut I Djumhur dan Moh. Surya dalam Bimbingan dan Penyuluhan
Sekolah sbb :
“ Bimbingan yaitu suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat
memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self
acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan
untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi atau
kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Dan bantuan itu diberikan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut “ (Djumhur :
1975, hal.28).
- Menurut Donald G. Mortenson dalam Guidance in To Day’s School,
menyatakan sbb :
“ Bimbingan merupakan bagian
dari program pendidikan secara keseluruhan yang membantu dan memberikan
kesempatan bagi setiap individu yang diberikan oleh orang yang memiliki
keahlian agar individu dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya dan
cita-citanya secara demokratis “ (Mortenson : 1964, hal.12).
- Menurut Bimo Walgito dalam Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah
(1982), menyebutkan sbb :
“ Bimbingan merupakan
tuntunan bantuan dan pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di dalam kehidupannya agar
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya “ (Bimi Walgito : 1982, hal.4).
- Menurut Siti Rahayu Haditomo dalam Dasar-dasar Teori Bimbingan dan
Penyuluhan (1970), menyebutkan sbb :
“ Bimbingan adalah bantuan
dari seseorang kepada orang lain baik anak-anak, orang muda maupun orang tua
untuk mengembangkan pandangan-pandangannya sendiri, membuat keputusan-keputusan
sendiri serta mencari pengatasannya sendiri “ (Siti Rahayu Haditono : 1970,
hal.9).
- Menurut Frank Parson (Prayitno,1999:93), misalnya mendefinisikan bimbingan sebagai
bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan
diri, dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam jabatan
yang dipilihnya itu.
- Menurut Peraturan Pemerintah No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar,
pasal 25 ayat 1, dikatakan bahwa
“Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam
rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan
masa depan”.
Pokok-pokok Pengertian Bimbingan
Dari definisi tersebut di
atas, dapat diperoleh pokok-pokok pengertian bimbingan sbb :
a) Kedudukan
bimbingan : Bagian integral dalam
pendidikan.
b) Sifat
bimbingan : Membantu individu.
c) Sasaran
bimbingan : Semua individu.
d) Pelaksana
bimbingan : Orang yang memiliki keahlian, pengetahuan, dan keterampilan.
e) Tujuan
bimbingan : Mengoptimalkan potensi dan prestasi individu, dan memecahkan
masalah yang dihadapi.
f) Ciri
tercapai tujuan : - Self understanding,
- Self acceptance,
- Self direction,
- Self
realization.
Berdasarkan pengertian
Bimbingan dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan (arahan) yang diberikan oleh konselor kepada
kliennya baik secara individu maupun secara kelompok baik anak-anak, remaja dan
orang dewasa dan dilakukan secara sadar, terencana dan sistimatis sehingga
mereka dapat mengembangkan kemampuan dirinya dan mandiri, memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dan bisa memilih keputusan dalam
menentukan arah dan tujuan hidupnya, memahami dan mengenal dirinya serta mampu
beradaptasi dengan lingkungan hidupnya secara baik berdasarkan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
b. Pengertian Konseling / Penyuluhan
1.
Menurut Donald G. Mortensen
dalam Guidance in To Day’s School,
sbb :
“ Konseling/Penyuluhan
adalah suatu prosesinteraksi antara seseorang dengan orang lain, seseorang
dibantu oleh yang lain yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan
kesanggupannya dalam menghadapi masalah “. (Mortensen : 1964, hal.20).
2.
Menurut James P. Adams
(1965) dalam Problems in Counseling, sbb :
“ Counseling is an
interacting relationship between two individuals where one the counselor, is
attempting to help the other the counselor to better understand him self in
relationship to his present and future problem “. (Adams : 1965, hal.26).
3.
Menurut Robinson (1950)
dalam “ Principles and Procedures in Student Counseling “, sbb :
“ Istilah konseling meliputi
semua bentuk situasi hubungan antara dua orang yang satu sebagai klien yang
dibantu untuk memperoleh penyesuaian yang lebih efektif baik penyesuaian
terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya “. (Robinson : 1950, hal
20).
4.
Menurut Rochman Natawidjaja
dalam Penyuluhan di Sekolah (1978), sbb:
“ Penyuluhan adalah suatu
hubungan timbale balik di antara dua orang individu (penyuluh dank lien),
dimana penyuluh berusaha untuk menolong klien supaya dapat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dalam masalah hidup yang dihadapinya pada masa lalu,
masa kini, dan masalah yang akan datang, sehingga dia dapat memecahkannya “.
(Rochman : 1978, hal.6).
5.
Menurut Frank Parson (Prayitno,
1993:93), konseling diartikan sebagai kegiatan pengungkapan fakta atau data
tentang siswa, serta pengarahan kepada siswa untuk dapat mengatasi sendiri
masalah-masalah yang dihadapinya.
6.
Menurut Shetzer dan Stone
(1980), missal;nya, menggunakan kata hubungan pemberian bantuan (helping
relationship) untuk suatu proses konseling yang berarti interaksi antara
konselor dengan klien dalam upaya memberikan kemudahan terhadap cara-cara
pengembangan diri yang positif.
Pokok-pokok Pengertian Konseling/Penyuluhan
Dari definisi tersebut di
atas, dapat diperoleh pokok-pokok pengertian Konseling/Penyuluhan sbb :
a)
Posisi Konseling = Bagian
dari bimbingan.
b)
Pola hubungan = Interaksi
timbale balik (face to face) konselor dengan konseli.
c)
Tujuan konseling = Klien
dapat memecahkan masalah klien.
d)
Sasaran = Klien (Individu
bermasalah).
e)
Pelaksana = Konselor.
Berdasarkan
pengertian Konseling dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa, Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada
individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara
pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa, Bimbingan Konseling adalah proses yang
berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu
memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Di sekolah, bimbingan dan
konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani
masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat
mengembangkan dirinya secara penuh.
- Asas-asas Bimbingan
Konseling
Penyelenggaraan
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, dituntut untuk memenuhi sejumlah
asas bimbingan. Pemenuhan atas asas-asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan
lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan
dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau
mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Pada
buku I Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Panduan
Umum), 1995 disebutkan 12 asas Bimbingan Konseling, sbb :
1.
Asas kerahasiaan
2.
Asas kesukarelaan
3.
Asas keterbukaan
4.
Asas kegiatan
5.
Asas kemandirian
6.
Asas kekinian
7.
Asas kedinamisan
8.
Asas keterpaduan
9.
Asas kenormatifan
10. Asas
keahlian
11. Asas
alih tangan
12. Asas
tut wuri handayani
Penjelasan masing-masing
asas :
1.
Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan
konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang
peserta didik (klien) yang menjadi sasaran layanan, yakni data dan keterangan
yang tak layak diketahui orang lain. Semua data harus benar-benar dirahasiakan,
kecuali dalam hal tertentu misalnya referal (alih tangan) sesuai kode etik
profesi. Dalam hal ini guru berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin. Bagi guru
pembimbing (guru yang melaksanakan bimbingan dan konseling) pemeliharaan asas
kerahasiaan menjadi sangat penting karena asas ini sangat menentukan
kepercayaan masyarakat, termasuk kepercayaan anak terhadap kualitas pribadi
guru pembimbing itu sendiri.
2.
Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan peserta didik (klien)
untuk menjalani layanan yang diperuntukkan baginya. Kesukarelaan ini
diindikasikan dengan tingginya motivasi dan keterlibatan anak dan/atau orang
tua/wali untuk mengikuti program bimbingan dan konseling dalam rangka mengentaskan
dan/atau mengembangkan pribadinya. Dalam hal ini Guru Pembimbing berkewajiban
membina dan mengembangkan muncul dan terbinanya kesukarelaan tersebut.
3.
Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura atau terpaksa, baik dalam memberikan
keterangan tentang dirinya maupun dalam menerima informasi dan materi dari luar
yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru berkewajiban
mengembangkan keterbukaan peserta didik. Agar peserta didik dapat terbuka, guru
terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
4.
Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan
berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru perlu
mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukkan baginya.
5.
Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan
konseling yang menuntut agar klien menjadi individu yang mandiri, dengan
cirri-ciri :
a.
Memahami diri sendiri dan
lingkungannya (self under),
b.
Menerima dirinya (self
acceptance),
c.
Mampu mengambil keputusan (
self decision),
d.
Mampu mengarahkan diri
sendiri ( self direction),
e.
Mampu mengembangkan dirinya
(self actualization).
6.
Asas kekinian, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar klien memahami dan menyadari
Kondisi sekarang, dan tidak
sekedar melihat masa silam atau mendatang. Layanan yang berkenaan dengan “masa
depan atau kondisi masa lampaupun”, dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.
7.
Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar layanan yang diberikan klien bersifat dinamis,
dan tidak statis, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan dan tahap-tahap perkembangan dari waktu ke waktu.
8.
Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar layanan yang diberikan guru pembimbing
benar-benar dikait satu paduakan dengan pihak lain, yang berarti harus terwujud
kerjasama yang harmonis. Untuk ini kerjasama antara guru dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus
dikembangkan.
9.
Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan konseling
yang menghendaki agar dalam layanan tetap menghormati norma yang ada, baik
norma agama, hukum, adapt istiadat, maupun peraturan lainnya.
10. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar bimbingan konseling dilaksanakan atas dasar kaidah
professional, dimana tenaga harus benar-benar mau, mampu dan wenang. Dengan
kata lain ahli dalam bidangnya.
11. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar jika terjadi masalah yang tak dapat
diselesaikan, dalam layanan dapat dialihkan ke pihak lain yang lebih mampu dan
wenang.
12. Asas tut wuri handayani, yaitu asas bimbingan
konseling yang menghendaki agar bimbingan konseling dapat menciptaka suasana
yanmg memberikan rasa aman, mandiri, kreatif.
- Prinsip-prinsip
Bimbingan Konseling
1. Prinsip yang berkenaan
dengan Sasaran Layanan,
mencakup :
a)
Bimbingan konseling melayani
semua individu tanpa pandang umur, jenis kelamin, suku, agama, dan status
social ekonomi.
b)
Bimbingan konseling
berurusan dengan pribadi dan tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
c)
Bimbingan konseling
memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek perkembangan individu.
d)
Bimbingan konseling
memberikan perhatian utama kepada perbedaan individu yang menjadi orientasi
pokok layanannya.
·
Prinsip bahwa bimbingan melayani semua individu, hendaknya dapat
diimplementasikan secara kongkret di sekolah. Hal ini penting, karena
semata-mata memfokuskan pada anak-anak bermasalah atau anak yang sering
melanggar peraturan, membuat kegiatan bimbingan mengabaikan siswa lain yang dalam
beberapa hal justru perlu bantuan untuk memelihara dan pengembangan segenap
potensi yang dimilikinya. Penyelenggaraan binbingan kelompok, terutama kelompok
yang beragam (heterogen) merupakan langkah kongkret untuk melayani semua
individu.
·
Prinsip bahwa bimbingan berhubungan dengan pribadi
perilaku yang unik dan dinamis, mengandung makna bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling hendaknya terfokus pada masalah pribadi dan perilaku individu dan
bukan pada hal-hal lain. Di samping itu, pribadi dan perilaku yang unik dan
dinamis mengandung makna bahwa pelayanan bimbingan dan konseling antara
individu yang satu dan yang lain tidaklah sama. Sekalipun permasalahan yang
dialami individu dalam beberapa hal memiliki kesamaan, akan hal itu ternyata
dapat dihantarkan oleh berbagai hal yang berbeda, dan kondisi seperti ini tentu
membawa konsekuensi pada strategi pemberian bantuan yang berbeda pula.
·
Prinsip bahwa bimbingan memperhatikan tahap dan aspek
perkembangan, mengandung
makna bahwa pelayana bimbingan dan konseling harus dilandasi oleh pemahaman
yang benar tentang tahap dan aspek perkembangan individu yang dibimbing. Di
samping itu, upaya pemberian bantuan yang dilakukan juga harus sesuai dengan
tahap dan aspek perkembangan individu, sekalipun menentukan kriteria tahap
perkembangan itu pun bukanlah hal yang mudah.
2. Prinsip yang berkenaan
dengan permasalah individu, mencakup :
a.
Bimbingan konseling
berurusan dengan hal-hal yang menyangkut pengaruh kondisi fisik dan psikis
individu dan hubungan social baik di sekolah, di rumah, lingkungan kerja dan
masyarakat.
b.
Kesenjangan social, ekonomi,
dan budaya merupakan factor timbulnya masalah pada individu, yang kesemuanya
menjadi perhatian utama layanan bimbingan konseling.
Prinsip di atas
mengandung makna bahwa sumber masalah, dapat berasal dari diri individu itu
sendiri dan juga dari lingkungan, atau bahkan dari keduanya. Seorang siswa yang
kurang memiliki rasa percaya diri, guru seyogyanya dapat berperan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri siswa tersebut.Beberapa hal yang dapat dilakukan
misalnya dengan menumbuhkan kesadaran siswa yang bersangkutan tentang berbagai
keunggulan yang dimiliki, melihat peran dan peluang yang dapat dimainkan siswa
yang bersangkutan di antara teman-temannya, atau memberikan beberapa kegiatan
yang secara cepat dapat diselesaikannya dengan baik.
Pengaruh lingkungan
terhadap kondisi fisik dan mental individu, termasuk kesenjangan social dan
ekonomi, merupaka prinsip lain yang harus dicermati guru berkenaan dengan
permasalahan individu. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah dengan
mengefektifkan layanan pembelajaran, di samping layanan informasi dan bimbingan
kelompok. Menggunakan layanan pembelajaran dalam mengatasi hal ini, sekaligus
menyadarkan guru, bahwa layanan pembelajaran bukan hanya pembelajaran dari
aspek akademik, akan tetapi pembelajaran dari aspek pribadi, social, dan bahkan
karir.
3. Prinsip berkenaan dengan
program layanan, mencakup
:
a.
Bimbingan konseling
merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan pengembangan individu. Oleh
sebab itu, program bimbingan konseling harus diselaraskan dan dipadukan dengan
program pendidikan serta pengembangan peserta didik.
b.
Program bimbingan konseling
harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan kondisi
lembaga.
c.
Program bimbingan konseling
disusun secara berkelanjutan dari jenjang pendidikan terendah sampai tertinggi.
d.
Terhadap isi dan pelaksanaan
program bimbingan konseling perlu diadakan penilaian yang teratur dan terarah.
Dilihat dari dimensi
fleksibilitas, program bimbingan dan konseling hendaknya dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi nyata di lapangan. Akan tetapi, hal ini tidak
berarti bahwa kegiatan bimbingan dilakukan semuanya atau tidak terencana. Jika
ini yang terjadi, maka posisi bimbingan hanya sebatas pelengkap yang
keberartiannya tergantung situasi dan orang-orang memahami bukan sebagai sebuah
system.
4. Prinsip berkenaan dengan
tujuan dan pelaksanaan BK, mencakup :
a.
BK harus diarahkan untuk
pengembangan individu yang akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam
menghadapi permasalahannya.
b.
Dalam proses BK keputusan
yang diambil dan akan dilakukan oleh individu hendaknya atas kemauannya
sendiri, bukan atas desakan atau kemauan pihak lain.
c.
Permasalahan individu harus
ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan dengan permasalahan yang
dihadapi.
d.
Kerjasama antara Guru
Pembimbing, dan pihak lain sangat menentukan hasil layana BK.
e.
Pengembangan program BK
ditempuh melaui pemanfaatan secara optimal dari hasil pengukuran dan penilaian
terhadap individu yang terlibat dalam proses layana dan program BK itu sendiri.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari
Pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan :
1.
Bimbingan Konseling adalah proses
yang berkesinambungan dalam membantu individu agar dapat mengarahkan dan
mengembangkan dirinya secara optimal sesuai kemampuannya dan agar individu
memahami diri dan menyesuaikan dengan lingkungannya. Di sekolah, bimbingan dan
konseling secara tidak langsung menunjang tujuan pendidikan dengan menangani
masalah dan memberikan layanan secara khusus pada siswa, agar siswa dapat
mengembangkan dirinya secara penuh.
2.
Asas-asas Bimbingan
Konseling, sbb :
- Asas kerahasiaan
- Asas kesukarelaan
- keterbukaan
- kegiatan
- Asas kemandirian
- Asas kekinian
- Asas kedinamisan
- Asas keterpaduan
- Asas kenormatifan
- Asas keahlian
- Asas alih tangan
- Asas tut wuri handayani
- Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling, sbb :
- Prinsip yang berkenaan dengan Sasaran Layanan
- Prinsip yang berkenaan dengan permasalah individu
- Prinsip berkenaan dengan program layanan
- Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan BK
DAFTAR PUSTAKA
M.Pd,Drs.
Tawil.”Dasar-dasar Bimbingan Konseling”.Magelang: Universitas Muhammadiyah
Magelang.
Mulyadi, Drs.
Agus, M.Pd.2004.”Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling”.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerimakasih atas informasinya.
BalasHapusalifqofrahamzah.blogspot.co.id